KEARIFAN PERADABAN BANGGAI
Suatu
hari berjalanlah seorang Mian Tuu bersama dua orang pembantunya utk
melaksanakan tugas negara. Saat itu tepatnya pada tahun 1886, empat
tahun ketika Tu Tuu Abdul Aziz memegang Tampuk pemerintahan..Saat itu
Negeri Banggai yang terbentang dari dari Balingara hingga Tanjung Api,
dari Togong Sagu sampai Sungai Bongka (Perbatasan Palu) sedang mengalami
Kedaulatan Penuh setelah beberapa periode sempat takluk di bawah
kendali Ternate..Sang Mian Tu tersebut hendak menyampaikan pesan dari
Kepala Negara (Tuu-tu) kepada Kapitan Laut (Panglima Perang Kerajaan
Banggai) yang bermarkas di Batui... Dalam perjalanan dari Pulau
Banggai..sampai ke Pulau Peling dan menuju Batui sang Mian Tuu dan
pembantunya kehabisan bekal..lalu dia pun mengambil bahan makanan dari
kebun penduduk dan mengambil ikan dari bubu penduduk yg dekat pantai
lalu diberi kode atau sandi Mian Tuu..keesokan harinya penduduk yg punya
kebun dan jg punya bubu mendapati bahwa ada yg mengambil bahan makanan
dan jg ikannya, namun setelah melihat ada sandi Mian Tuu yg empunya
barang tersebut tidak jadi marah malah bersyukur dan berdoa kepada
Temeneno (Tuhan) karena mereka telah turut membantu tugas negara dengan
tidak secara langsung telah membantu Mian Tuu yg sedang melaksanakan
tugas..Mengapa Mian Tuu begitu sangat di percaya dalam pemerintahan
Banggai saat itu, tidak saja oleh para petinggi negeri tapi juga seluruh
lapisan masyarakat?....
Adapun arti dari Mian Tuu ini adalah org benar atau org yg
tabiatnya terpuji (terpercaya). Struktur ini adalah struktur lapis
ketiga setelah Tu Tuu (Kepala Negara) Kale, Menteri2, Panglima perang
pada zaman itu. Sampai saat ini Struktur Mian Tuu masih dpt kita temukan
spt :
- Mian Tuu Liang di Liang.
- Mian Tuu Basaan di Bangkurung
- Mian Tuu Palabatu di Lolantang.
- Mian Tuu Lipu Adino di Liang. Pertanyaan dari cerita ini mengapa sang Mian Tuu harus kehabisan bekal
diperjalanan? Tidakkah seorang utusan Raja membawa bekal yg cukup?
menaiki kendaraan seperti kuda atau Armada perang yg bisa mengantarnya
dgn cepat ke Batui (Daratan Sulawesi), mengapa harus berlama2 dlm
perjalanan dan terkadang harus mengambil harta (bahan makanan penduduk)
utk persiapan bekal? disini sesungguhnya terdpt makna dan hikmah yg dpt
kita jadikan pelajaran bersama; pertama, Disini terlertak kesederhanaan
dan bersahajanya seorang Mian Tuu. Sebagai seorang Utusan Raja, Mian Tuu
tidak menunjukan kebesarannya saat bertemu rakyat dan masyarakt yg
dilaluinya dlm perjalanan. Kedua, sesungguhnya Mian Tuu sdg melakukan
penelitian atau Survey ttg partisipasi dan cinta masyarakat terhadap
pemimpin dan negara saat itu...dan ternyata masyarakat saat itu sangat
mencintai pemimpin dan negaranya....Lanjut cerita disamping Srtuktur
Mian Tuu dlm pemerintahan Banggai ada yg posisinya selepel dgn Mian Tuu
yaitu Tompoyok Budul, jabatan ini adalah negosiator raja dlm urusan2
politik dan penerepan kebijakan yg akan ditarapkan di
Kadipaten2(kabupaten utk saat ini) pada pemerintahan Banggai. Tampoyok
Budul ini merasa iri dgn kewenangan cukup besar yg diberikan Raja kepada
Mian Tuu..dari siasat Tampoyok Budul inilah yg akhirnya merusak
reputasi Mian Tuu di Masyrakat dan yg lebih parah lg sepeninggal Tuu-Tu
Abdul Aziz akibat adanya konsfirasi antara Belanda dan Ternate yg
berhasil mengasingkan beliau ke Tanah Mekkah dan meninggal disana pada
thn 1902 M. Tano Bolukan (Banggai) terseret dalam konflik dan prahara
besar...puncak dari prahara ini ketika raja Nurdin Daud merasa dihianati
oleh pemerintahan Banggai dan akhirnya harus mengasingkan diri dan
menjadi guru di Salakan... Disinilah dimulainya ketidak harmonisan
kawasan Tanobolukan yg akhirnya berujung pada dendam dan ketidak saling
percayaan antara setiap generasi dikawasan Banggai hingga saat ini...dan
dalam hal ini Tampoyok Budul cukup menyumbangkan peran besar atas
ketidak harmonisan kawasan Banggai sepeninggal Tuu Tu Abdul
Aziz.....Bersambung..
Lanjutan
Cerita... Sepeninggal Tuu Tu Abdul Azis pada tahun 1902, negeri Banggai
Mulai melemah. 6 tahun kemudian tepatnya 18 September 1908 akhirnya
Belanda dapat memasuki negeri Banggai walaupun hanya dalam bentuk Korte
Verklaring (Perjanjian Kerjasama Ekonomi dan Pemerintahn selama 35
tahun). Setelah Tuu-Tu Abdarrahman naik Tahta, terjadilah pergolakan dan
pemberontakan dari Bekas-bekas kerajaan lama yg di Taklukan Armada
Banggai. Montidak, Bololawa, Gori-Gori bergolak. Akhirnya pada tahun
1932, Pemeritahan Banggai harus melepas Tojo Una-Una tanpa perang dan
segala perbendaharaan negara yg dikendalikan oleh Mayor Ngopa (Menteri
Muda urusan Ekonomi dan Keuangn) harus di pindah ke Banggai Daratan.
Pada tahun 1942 di Bawah Pemerintahan Raja Awaluddin Pemerintahn Banggai
yg sudah semakin lemah harus menghadapi perang besar melawan Jepang.
Karena kalah dalam Strategi dan Persenjentaan, akhirnya Armada Perang
Banggai dan Pemerintahan Banggai harus takluk
di bawah penjajahan Jepang..dan akhirnya Ibukota kerajaan dipindahkan
oleh Jepang dari Pulau Banggai ke Banggai Daratan dgn Kepala
Pemerintahan tetap dipegang oleh seorang raja yg diberi gelar Ken
Raken... Saudraku Saibino,, sejak saat itu saat itu kita baru menjadi
org jajahan. 3 tahun sebelum Indonesia Merdeka. Posisi kita hampir
sejajar dgn Aceh yg tidak pernah dijajah oleh Belanda. sementara
daerah-daerah lain yg satusnya provinsi pada saat ini, sdh ratusan tahun
takluk dibawah penjajahn Belanda...Saudraku Mian Banggai...hari ini
kita mencoba bangkit kembali dan menggeliat diantara Kabuten-kabuten
kecil yg sebut saja masih terbelakang..mungkin banyak org telah
melupakan kita..mencibir dan mungkin menganggap kita sdh tidak
ada...Tapi fakta sejarah telah membuktikan bahwa kita sdh terbiasa
berjaya dan jatuh selama ratusan tahun. kita sdh ratusan tahun terbiasa
menampung para Tamu Pendatang (meminjam bahasanya Jemianto Maliko) dari
berbagai suku bangsa ;Bugis, jawa Buton, Ternate, Gorontalo, Aceh,
Sanger dst kedalam persaudraan dan persenyewaan Indah menjadi Mian
Banggai... Mungkin hari ini kita tercerai berai terpisah diantara garis
administratif NKRI..Tapi satu hal yang kita semua percaya bahwa
hati-hati kita menyatu, semangat kita menyatu, keyakinan kita menyatu
akan adanya suatu Kebangkitan Kembali karena sesungguhnya perguliran
diantara bangsa-bangsa sdh tertulis.. Sriwjaya 180 tahun, Majapahit 230
tahun, Indonesia ???.....Tamat..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar