Jumat, 22 November 2013

KEARIFAN PERADABAN BANGGAI

Suatu hari berjalanlah seorang Mian Tuu bersama dua orang pembantunya utk melaksanakan tugas negara. Saat itu tepatnya pada tahun 1886, empat tahun ketika Tu Tuu Abdul Aziz memegang Tampuk pemerintahan..Saat itu Negeri Banggai yang terbentang dari dari Balingara hingga Tanjung Api, dari Togong Sagu sampai Sungai Bongka (Perbatasan Palu) sedang mengalami Kedaulatan Penuh setelah beberapa periode sempat takluk di bawah kendali Ternate..Sang Mian Tu tersebut hendak menyampaikan pesan dari Kepala Negara (Tuu-tu) kepada Kapitan Laut (Panglima Perang Kerajaan Banggai) yang bermarkas di Batui... Dalam perjalanan dari Pulau Banggai..sampai ke Pulau Peling dan menuju Batui sang Mian Tuu dan pembantunya kehabisan bekal..lalu dia pun mengambil bahan makanan dari kebun penduduk dan mengambil ikan dari bubu penduduk yg dekat pantai lalu diberi kode atau sandi Mian Tuu..keesokan harinya penduduk yg punya kebun dan jg punya bubu mendapati bahwa ada yg mengambil bahan makanan dan jg ikannya, namun setelah melihat ada sandi Mian Tuu yg empunya barang tersebut tidak jadi marah malah bersyukur dan berdoa kepada Temeneno (Tuhan) karena mereka telah turut membantu tugas negara dengan tidak secara langsung telah membantu Mian Tuu yg sedang melaksanakan tugas..Mengapa Mian Tuu begitu sangat di percaya dalam pemerintahan Banggai saat itu, tidak saja oleh para petinggi negeri tapi juga seluruh lapisan masyarakat?....
Adapun arti dari Mian Tuu ini adalah org benar atau org yg tabiatnya terpuji (terpercaya). Struktur ini adalah struktur lapis ketiga setelah Tu Tuu (Kepala Negara) Kale, Menteri2, Panglima perang pada zaman itu. Sampai saat ini Struktur Mian Tuu masih dpt kita temukan spt :
- Mian Tuu Liang di Liang.
- Mian Tuu Basaan di Bangkurung
- Mian Tuu Palabatu di Lolantang.
- Mian Tuu Lipu Adino di Liang. Pertanyaan dari cerita ini mengapa sang Mian Tuu harus kehabisan bekal diperjalanan? Tidakkah seorang utusan Raja membawa bekal yg cukup? menaiki kendaraan seperti kuda atau Armada perang yg bisa mengantarnya dgn cepat ke Batui (Daratan Sulawesi), mengapa harus berlama2 dlm perjalanan dan terkadang harus mengambil harta (bahan makanan penduduk) utk persiapan bekal? disini sesungguhnya terdpt makna dan hikmah yg dpt kita jadikan pelajaran bersama; pertama, Disini terlertak kesederhanaan dan bersahajanya seorang Mian Tuu. Sebagai seorang Utusan Raja, Mian Tuu tidak menunjukan kebesarannya saat bertemu rakyat dan masyarakt yg dilaluinya dlm perjalanan. Kedua, sesungguhnya Mian Tuu sdg melakukan penelitian atau Survey ttg partisipasi dan cinta masyarakat terhadap pemimpin dan negara saat itu...dan ternyata masyarakat saat itu sangat mencintai pemimpin dan negaranya....Lanjut cerita disamping Srtuktur Mian Tuu dlm pemerintahan Banggai ada yg posisinya selepel dgn Mian Tuu yaitu Tompoyok Budul, jabatan ini adalah negosiator raja dlm urusan2 politik dan penerepan kebijakan yg akan ditarapkan di Kadipaten2(kabupaten utk saat ini) pada pemerintahan Banggai. Tampoyok Budul ini merasa iri dgn kewenangan cukup besar yg diberikan Raja kepada Mian Tuu..dari siasat Tampoyok Budul inilah yg akhirnya merusak reputasi Mian Tuu di Masyrakat dan yg lebih parah lg sepeninggal Tuu-Tu Abdul Aziz akibat adanya konsfirasi antara Belanda dan Ternate yg berhasil mengasingkan beliau ke Tanah Mekkah dan meninggal disana pada thn 1902 M. Tano Bolukan (Banggai) terseret dalam konflik dan prahara besar...puncak dari prahara ini ketika raja Nurdin Daud merasa dihianati oleh pemerintahan Banggai dan akhirnya harus mengasingkan diri dan menjadi guru di Salakan... Disinilah dimulainya ketidak harmonisan kawasan Tanobolukan yg akhirnya berujung pada dendam dan ketidak saling percayaan antara setiap generasi dikawasan Banggai hingga saat ini...dan dalam hal ini Tampoyok Budul cukup menyumbangkan peran besar atas ketidak harmonisan kawasan Banggai sepeninggal Tuu Tu Abdul Aziz.....Bersambung..
Lanjutan Cerita... Sepeninggal Tuu Tu Abdul Azis pada tahun 1902, negeri Banggai Mulai melemah. 6 tahun kemudian tepatnya 18 September 1908 akhirnya Belanda dapat memasuki negeri Banggai walaupun hanya dalam bentuk Korte Verklaring (Perjanjian Kerjasama Ekonomi dan Pemerintahn selama 35 tahun). Setelah Tuu-Tu Abdarrahman naik Tahta, terjadilah pergolakan dan pemberontakan dari Bekas-bekas kerajaan lama yg di Taklukan Armada Banggai. Montidak, Bololawa, Gori-Gori bergolak. Akhirnya pada tahun 1932, Pemeritahan Banggai harus melepas Tojo Una-Una tanpa perang dan segala perbendaharaan negara yg dikendalikan oleh Mayor Ngopa (Menteri Muda urusan Ekonomi dan Keuangn) harus di pindah ke Banggai Daratan. Pada tahun 1942 di Bawah Pemerintahan Raja Awaluddin Pemerintahn Banggai yg sudah semakin lemah harus menghadapi perang besar melawan Jepang. Karena kalah dalam Strategi dan Persenjentaan, akhirnya Armada Perang Banggai dan Pemerintahan Banggai harus takluk di bawah penjajahan Jepang..dan akhirnya Ibukota kerajaan dipindahkan oleh Jepang dari Pulau Banggai ke Banggai Daratan dgn Kepala Pemerintahan tetap dipegang oleh seorang raja yg diberi gelar Ken Raken... Saudraku Saibino,, sejak saat itu saat itu kita baru menjadi org jajahan. 3 tahun sebelum Indonesia Merdeka. Posisi kita hampir sejajar dgn Aceh yg tidak pernah dijajah oleh Belanda. sementara daerah-daerah lain yg satusnya provinsi pada saat ini, sdh ratusan tahun takluk dibawah penjajahn Belanda...Saudraku Mian Banggai...hari ini kita mencoba bangkit kembali dan menggeliat diantara Kabuten-kabuten kecil yg sebut saja masih terbelakang..mungkin banyak org telah melupakan kita..mencibir dan mungkin menganggap kita sdh tidak ada...Tapi fakta sejarah telah membuktikan bahwa kita sdh terbiasa berjaya dan jatuh selama ratusan tahun. kita sdh ratusan tahun terbiasa menampung para Tamu Pendatang (meminjam bahasanya Jemianto Maliko) dari berbagai suku bangsa ;Bugis, jawa Buton, Ternate, Gorontalo, Aceh, Sanger dst kedalam persaudraan dan persenyewaan Indah menjadi Mian Banggai... Mungkin hari ini kita tercerai berai terpisah diantara garis administratif NKRI..Tapi satu hal yang kita semua percaya bahwa hati-hati kita menyatu, semangat kita menyatu, keyakinan kita menyatu akan adanya suatu Kebangkitan Kembali karena sesungguhnya perguliran diantara bangsa-bangsa sdh tertulis.. Sriwjaya 180 tahun, Majapahit 230 tahun, Indonesia ???.....Tamat..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar